Forum LSUHK – Saat seseorang hendak menunaikan ibadah haji atau umrah, ada salah satu hal yang wajib dilaksanakan sebelum masuk ke Tanah Suci, yaitu ihram. Ihram merupakan keadaan suci yang ditandai dengan niat dan pengucapan talbiyah serta berbagai larangan yang harus ditaati. Bagi banyak jamaah, khususnya yang baru pertama kali melakukan haji atau umrah, memahami larangan ihram sangat penting. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang hal-hal yang dilarang selama ihram, termasuk konsekuensinya dan mengapa larangan tersebut penting untuk dipatuhi.
Apa Itu Ihram dan Mengapa Ada Larangan?
Dalam ibadah haji dan umrah, ihram adalah syarat mutlak yang mengharuskan setiap jamaah memasuki keadaan suci. Untuk pria, ihram ditandai dengan mengenakan dua lembar kain tanpa jahitan, sementara wanita tetap menggunakan pakaian yang menutup aurat sesuai syariat. Namun, selain busana, ada juga larangan-larangan tertentu yang harus ditaati saat berada dalam keadaan ihram. Larangan ini bertujuan agar jamaah lebih fokus beribadah dan menjaga kesucian niat dan tindakan selama berada di Tanah Suci.
Larangan ihram mencakup berbagai hal, mulai dari tindakan fisik hingga larangan menggunakan barang tertentu. Berikut adalah beberapa larangan ihram yang perlu diketahui oleh setiap jamaah haji dan umrah.
1. Larangan Memakai Wewangian (Parfum)
Salah satu larangan utama saat ihram adalah tidak boleh memakai wewangian, baik pada tubuh maupun pakaian. Larangan ini berlaku untuk pria dan wanita. Tidak hanya parfum, sabun wangi, deodoran beraroma, hingga pelembap berparfum pun termasuk dalam larangan ini. Bagi yang terbiasa menggunakan produk beraroma sehari-hari, aturan ini mungkin terasa sulit, namun larangan ini memiliki tujuan agar setiap jamaah berfokus pada kondisi kesucian tanpa tambahan wewangian.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika seseorang secara sengaja memakai parfum setelah berniat ihram, maka ia harus membayar fidyah sebagai tebusan. Fidyah bisa berupa menyembelih seekor kambing atau memberi makan enam orang miskin.
2. Larangan Memotong Rambut dan Kuku
Memotong rambut dan kuku adalah tindakan lain yang dilarang selama ihram. Larangan ini mengharuskan jamaah menjaga rambut dan kuku sebagaimana adanya hingga mereka menyelesaikan tahapan ibadah yang memerlukan kondisi tersebut. Bagi pria dan wanita, hal ini melambangkan kesederhanaan dan meninggalkan keinginan untuk tampil lebih rapi atau cantik selama berada di Tanah Suci.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika seseorang sengaja memotong rambut atau kuku selama ihram, ia harus membayar fidyah. Fidyah yang diberikan juga berupa sembelihan atau memberi makan orang miskin.
3. Larangan Berburu atau Membunuh Hewan
Dalam keadaan ihram, berburu atau membunuh hewan apa pun, termasuk serangga dan burung, dilarang keras. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan rasa kasih sayang dan menghormati kehidupan makhluk lain saat sedang beribadah di Tanah Suci. Jamaah diharapkan bisa menjaga lingkungan serta tidak merusak kehidupan sekitar, sebagai bentuk penghormatan pada kesucian tempat.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika seseorang berburu atau membunuh hewan selama ihram, ia harus membayar fidyah atau mengganti hewan yang diburu.
4. Larangan Menggunakan Pakaian yang Dijahit (Untuk Pria)
Bagi pria, memakai pakaian yang dijahit seperti baju, celana, kaos, dan lain-lain adalah larangan saat ihram. Jamaah pria diharuskan menggunakan kain ihram yang tidak dijahit. Tujuan dari larangan ini adalah untuk mengajarkan kesederhanaan, serta menciptakan kesetaraan antara semua jamaah, tanpa memandang status sosial.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika melanggar larangan ini, seorang pria harus membayar fidyah, biasanya berupa memberi makan enam orang miskin, atau berpuasa tiga hari.
5. Larangan Menutup Kepala (Untuk Pria) dan Wajah (Untuk Wanita)
Selama dalam keadaan ihram, pria dilarang menutup kepala dengan benda apa pun, termasuk topi atau sorban. Wanita pun dilarang menutup wajah secara penuh, meskipun tetap boleh menggunakan hijab yang menutupi kepala. Larangan ini bertujuan untuk menunjukkan kepasrahan dan kejujuran dalam beribadah, tanpa adanya halangan apa pun yang menghalangi wajah atau kepala.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika melanggar, jamaah harus membayar fidyah yang setara dengan fidyah-fidyah lain, seperti menyembelih hewan atau memberi makan orang miskin.
6. Larangan Melakukan Hubungan Suami Istri
Saat berada dalam ihram, hubungan suami istri dilarang keras. Ini termasuk segala bentuk kedekatan fisik yang menimbulkan hasrat. Larangan ini bertujuan untuk menjaga kesucian hati dan pikiran, sehingga jamaah lebih fokus pada ibadah dan tidak tergoda oleh godaan fisik.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika hubungan suami istri terjadi dalam keadaan ihram, maka ibadah haji atau umrah bisa batal, dan keduanya harus membayar denda yang cukup besar.
7. Larangan Mengucapkan Kata-Kata Kotor atau Bertengkar
Selama ihram, jamaah diwajibkan menjaga tutur kata serta tidak berkata kasar, memaki, atau bertengkar dengan orang lain. Larangan ini sangat penting karena ibadah haji dan umrah seharusnya membawa ketenangan hati, mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta menjauhkan diri dari segala bentuk pertengkaran atau permusuhan.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Meskipun tidak ada fidyah khusus untuk pelanggaran ini, jamaah akan kehilangan sebagian besar pahala dari ibadah mereka jika tidak mampu menjaga tutur kata dan sikap selama ihram.
8. Larangan Menikah atau Melakukan Pernikahan
Melakukan akad nikah atau melamar seseorang juga termasuk larangan ihram. Larangan ini berlaku bagi kedua pihak yang sedang dalam keadaan ihram dan mencegah adanya akad pernikahan hingga tahapan ibadah selesai. Tujuan dari larangan ini adalah untuk menjaga fokus selama ibadah serta menjauhkan diri dari aktivitas yang bersifat duniawi.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika terjadi pernikahan saat ihram, akadnya dianggap tidak sah. Pasangan tersebut harus melakukan ulang akad setelah keluar dari keadaan ihram.
9. Larangan Menggunakan Alas Kaki yang Menutupi Mata Kaki (Untuk Pria)
Pria yang berada dalam keadaan ihram tidak diperbolehkan memakai alas kaki yang menutupi mata kaki, seperti sepatu atau sandal tertutup. Jamaah pria disarankan untuk menggunakan sandal yang bagian mata kakinya terbuka sebagai tanda ketaatan dalam aturan ihram.
Konsekuensi Melanggar Larangan Ini: Jika melanggar, jamaah harus membayar fidyah atau denda sesuai dengan pelanggaran lain.
Kesimpulan: Mengapa Larangan Ihram Penting untuk Dipatuhi?
Menjalankan larangan ihram bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Melalui larangan ini, jamaah diajarkan untuk mengendalikan diri, menghilangkan ego, dan mengutamakan kepatuhan di atas segalanya. Dengan mengikuti aturan ihram, jamaah bisa menjalankan ibadah haji dan umrah dengan lebih khusyuk serta mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, kepatuhan pada larangan ihram juga menunjukkan rasa hormat terhadap kesucian Tanah Suci serta kehidupan makhluk lain di sekitarnya.
Menjalankan ibadah haji dan umrah bukan hanya tentang melakukan ritual, tetapi juga tentang memahami makna spiritual di balik setiap aturan. Dengan mengetahui dan menaati larangan-larangan ihram, diharapkan setiap jamaah bisa mendapatkan pengalaman ibadah yang lebih bermakna dan pahala yang penuh.
Informasi lebih lanjut :
Info Sertifikasi PPIU dan PIHK
(admin 1) 0821 3700 0107
Baca juga : Apakah Ibadah Haji Harus Dilakukan Lebih dari Sekali?, Apakah Umroh Bisa Menggantikan Haji?, Keutamaan Salat di Masjid Quba Bagi Jamaah Haji dan Umrah, Tradisi Haji dari Berbagai Negara yang Menarik Diketahui,
Tag : ls bmwi, lsppiu, jttc, jana dharma indonesia, flsuhk , lph bms, yayasanbms